Tiga Pagi

Pagi tiba pukul tiga
Datang ia menyerobot selimutku
Menyesakinya dengan sisa senyum dan matamu
Jadi sepotong air ia di ujung bibir
Bunga dan kembang menjalar di sudut-sudutnya

Tuk tuk tuk tuk
Pagi mengetuk gigi dan gusiku
Menebar benih kasih di sepertiga lidahku
Pelaan pelaaan
Katanya sedikit mecubit
Tit tit tit tit

Apa yang seterang bulan malam
dan seredup mendung awan?
– Matamu
Ia cekikikan menjawab pertanyaanya sendiri

Kurang ajar,
Ia tersenyum mencuri judul puisiku